Farah Erlinda Fauziah, Content Writer of Archane.id
Belva Devara merupakan seorang pengusaha dan salah satu aktivis Indonesia. Nama Belvara mulai mencuat di kalangan warganet karena sosoknya yang dikenal sebagai Co-Founder sekaligus CEO dari platform belajar Ruang Guru.
Dengan nama asli Adamas Belva Syah Devara, ia dilahirkan di Jakarta pada 30 Mei 1990 silam sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Tri Harsono (ayah) dan Murni Hercahyani (ibu). Belva menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Islam Al Azhar 8, dan pendidikan menengah atas di SMA Presiden. Karena sangat berprestasi, Belva memperoleh beasiswa penuh selama pendidikan SMA sehingga ia tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Di sana ia pun dikenal aktif berorganisasi, terbukti dengan kesempatannya untuk menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Presiden.
Pada tahun 2007, Belva terpilih menjadi salah satu dari delapan siswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Singapura untuk melanjutkan studinya ke salah satu institut teknik terbaik di Asia, Nanyang Technological University di Singapura.
Tak ingin menyiakan-nyiakan kesempatan tersebut, selama kuliah Berlva menyabet gelar ganda sekaligus di salah satu institut terbaik di Asia tersebut, yakni program studi Ilmu Komputer dan Bisnis. Belva juga masuk dalam Double Dean’s List, yaitu penghargaan akademik untuk mengesahkan tingkat beasiswa tertinggi dan otomatis termasuk ke dalam 5% mahasiswa yang memiliki prestasi tertinggi di program gelar ganda tersebut. Pada tahun 2009, ia juga terpilih oleh universitas untuk ikut serta dalam program pertukaran pelajar ke University of Manchester, Manchester, Inggris.
Pada tahun 2011, Belva berhasil meraih tiga medali emas prestisius dari Nanyang Technological University, yaitu Lee Kuan Yew Gold Medal (penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di universitas), Infocomm Development Authority of Singapore Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Ilmu Komputer), dan Accenture Gold Medal (penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Bisnis), di luar dua gelar sarjananya. Selain prestasi akademis, Belva juga aktif dalam kegiatan organisasi. Ia dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pelajar Indonesia Singapura dan dinobatkan menjadi Young Leader for Indonesia 2011 oleh MCKinsey and Company.
Pada tahun 2013, ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya dan menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda pada 2 universitas bergengsi di dunia dengan memulai pendidikan gelar S1 di Harvard University, Cambridge, Massachusetts dengan mengambil jurusan Master of Public Administration (Kebijakan Publik), kemudian dilanjutkan dengan gelar S2 di Stanford University, Palo Alto, California dengan mengambil jurusan Master Of Business Administration (Bisnis Manajemen).
Ia juga mendapatkan kesempatan terdaftar sebagai mahasiswa tamu di Massachusetts Institute of Technology. Belva juga tercatat terdaftar silang (cross-registered) sebagai mahasiswa di fakultas lain di Universitas Harvard, termasuk Harvard Law School, Harvard Medical School, dan Harvard Graduate School of Education. Ia juga aktif menjadi peneliti (Fellow) di Harvard Ash Center for Democratic Governance and Innovation. Untuk program pascasarjana di Amerika Serikat ini, dia mendapatkan beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola dana Pendidikan, yang dikelola oleh Kementerian Keuangan.
Sembari kuliah, ia mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan berpengaruh di Singapura, Goldman Sachs dan Accenture. Namun seusai studi sarjananya di Singapura, Belva memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menolak banyak tawaran pekerjaan dengan gaji yang tinggi di Singapura. Di Jakarta, ia memutuskan untuk bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan di bawah kepemimpinan Kuntoro Mangkusubroto, dan sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company. Dalam kapasitas tersebut, ia memimpin berbagai studi internasional mengenai transformasi sistem pendidikan dan strategi peningkatan kesehatan publik untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara, komunitas donor, dan agensi internasional, yang berbuah pada penghargaan Client First Award yang diraihnya sebagai salah satu konsultan manajemen terbaik di Asia Tenggara pada tahun 2012. Sebenarnya berkat kesempatannya terpilih sebagai salah satu staf khusus Presiden Jokowi di Istana Negara, namanya sempat mencuat walaupun pada akhirnya memilih untuk mengundurkan diri.
Berpatut pada semua pengalaman berharganya ini, ia bertekad untuk juga terjun langsung untuk membantu Indonesia dalam transformasi sistem pendidikan. Pada tahun 2014, ia pun mendirikan Ruang Guru, sebuah startup teknologi dengan misi sosial pendidikan, bersama dengan sahabatnya, Muhammad Iman Usman. Hal yang melatarbelakangi berdirinya platform belajar tersebut ialah pengalaman Belvara bersama Iman Usman yang kesulitan mencari guru privat menjelang tes beasiswa di salah satu universitas di Amerika. Di bawah kepemimpinan Belva, hanya dalam setahun, Ruang Guru berkembang pesat lima kali lipat dan menjadi perusahaan teknologi pendidikan terbesar di Indonesia, menjangkau lebih dari 10 juta siswa dan 150.000 guru.
Selain menjabat sebagai direktur utama (CEO) dan salah satu penemu (CO-Founder) dari Ruang Guru sejak tahun 2016 hingga sekarang, berikut beberapa jabatan bergengsi yang juga Belva miliki:
Anggota Dewan Young Leaders for Indonesia (2018-sekarang)
Staf Khusus Presiden Bidang Inovasi (2019-2020)
Ketua Direktur PT Netflix Indonesia (2020-sekarang)
Pada bulan November 2017, Belva diundang oleh Presiden Joko Widodo di rapat kabinet terbatas di Istana Bogor yang dihadiri oleh 19 menteri, mulai dari Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Tenaga Kerja, hingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam rapat kabinet terbatas tersebut, Belva diundang untuk memberikan pandangan-pandangan apa yang diperlukan dalam menghadapi perubahan-perubahan teknologi yang sangat cepat di dunia pendidikan.
Belva telah menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional atas kepemimpinannya, aktif berbicara di forum nasional dan internasional di lima benua, termasuk pada Global Education Technology (GET) Summit 2017 di Beijing, World Economic Forum on ASEAN 2018 di Hanoi, dan Mobile World Congress 2018 di Barcelona. Pada tahun 2017, Belva mendapatkan penghargaan prestisius menjadi salah satu dari 30 pemuda di bawah umur 30 tahun tersukses dalam bidang kewirausahaan teknologi di Asia oleh Forbes Magazine.
Selain prestasi yang sudah disebutkan di atas, rupanya Belva masih mempunyai segudang prestasi lain, di antaranya:
Prestige Magazine 40 under 40 The Vanguards (2018)
ASEAN 40 under 40 oleh ASEAN Advisory (2018)
Forbes 30 under 30 (2017)
Atlassian Foundation MIT SOLVE Grantee (2017)
Australian DFAT MIT SOLVE Grantee (2017)
GSMA Innovation Fund Grantee (2017)
Wirausahawan Paling Menjanjikan di ASEAN (2016)
Social Enterprise (Wirausahawan Sosial) of the Year (2016)
Penghargaan Bubu Awards (2015)
Dengan pribadi yang sarat akan prestasi maupun penghargaan, serta kepemilikan dedikasi untuk memperbaiki kualitas sistem pendidikan di Indonesia, sudah sepatutnya jika Belva Devara menjadi sosok yang digemari banyak generasi muda sebagai role model yang dapat diikuti rekam jejak positifnya.
Follow Us
Instagram : @Archane.id
Tiktok : @Archane.id
Linkedin : Archane.id
Comments