top of page

Judgemental Society, Ketika Masyarakat dan Dunia Menghakimi

Writer's picture: Archane IDArchane ID

Updated: Sep 16, 2021

Farah Erlinda Fauziah, Content Writer Team of Archane.id



Hidup di judgemental society memang tidak bisa dihindari dan tidak akan terjadi, setidaknya sampai kamu meninggalkan dunia ini. Hanya satu yang bisa kita lakukan, hadapi. Jika ditumpahkan dalam suatu kalimat, kurang lebih seperti inilah rupa dari judgemental society:


Terima saja fakta bahwa kamu dan diriku hidup di dunia di mana orang berhak berkomentar sepuasnya dan berhak menghakimi hidup orang lain. Terima saja jika semua penghakiman manusia membuat dunia memiliki standar kebahagiaannya sendiri, karena memang begitu adanya. Selamat datang di dunia. Walaupun tidak adil, tetapi memang begitu adanya.


Tapi, kira-kira apakah arti dari judgemental society itu sendiri? Judgemental Society itu adalah saat di mana kita harus hidup dan bergerak dalam ruang di mana setiap orang bebas untuk berkomentar dan menghakimi atas hidup orang lain. Sulitnya, begitu banyak standar yang lahir sebagai produk invisible buatan manusia, mulai dari standar kecantikan hingga standar kebahagiaan. Padahal, tidak pantas seseorang dinilai visual dan tingkat kesenangannya karena semua hal itu relatif.


Bentuk fisik adalah hadiah dari Tuhan untuk kita, sehingga rasanya tidak perlu kita banding-bandingkan rupanya dengan milik orang lain. Kesenangan yang sedang kita rasakan ataupun belum kita alami juga jangan jadikan patokan perlombaan pada kehidupan orang lain. Kesenangan kita belum tentu terlihat cukup di tingkat kebahagiaan orang lain, begitu pula sebaliknya.


Kalau dipikir-pikir, bahwasanya yang menjadikan kita terlihat buruk, jelek, lemah, dan merasa tidak pantas hidup bukanlah Tuhan, melainkan mereka yang menyibukkan diri dengan usaha untuk mencuri perhatian dari kita.


Intinya, tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang dilahirkan menjadi buruk atau jelek, sengsara atau menderita. Semua lahir dengan karunia Tuhan, dan tidak ada satu orangpun yang berhak untuk menentukan siapa dan bagaimana dirimu. You define yourself, begitu seharusnya.


Berikut beberapa ciri-ciri dari perilaku judgemental society:


1. Langsung menilai penampilan saat bertemu orang baru

Untuk mengetahui siapa saja yang memiliki sosok yang judgemental mana yang tidak, salah satunya bisa dilihat dari bagaimana seseorang bersikap saat bertemu orang baru. Tipe yang suka menghakimi akan langsung melihat penampilannya. Baginya, kesan pertama adalah segalanya. Kalau dilihat penampilan orang itu rapi dan berkelas, maka manislah sikapnya. Tapi jika dilihat penampilannya seperti bukan dari kalangan berada, masamlah mukanya, bahkan melengos.


2. Senang bergosip

Menggunjingkan aib orang lain atau gosip, terlepas dari apa yang diobrolkan itu fakta atau tidak, adalah hal tercela dan membuat kita rentan menghakimi orang lain. Karena acap kali, orang hanya tahu bagian luarnya saja dari suatu kejadian, tapi sudah dijadikan alasan untuk menghakimi. Padahal, kalau mau diulik lebih dalam, ternyata boleh jadi apa yang dilakukan orang itu bisa dimengerti.


3. Menuduh suatu berita hoax karena bertentangan dengan kepercayaan diri

Mungkin di antara kamu pernah melihat komentar dari suatu berita yang menyatakan fakta, tapi langsung dicap berita bohong hanya karena fakta tersebut bertentangan dengan apa yang diyakininya selama ini. Ternyata sikap demikian termasuk menghakimi, lho! Karena tak mengecek dulu, atau berusaha membaca sampai selesai, sudah menuduh yang bukan-bukan. Padahal bisa jadi untuk mengungkapkan fakta tersebut, butuh perjuangan. Jadi, jangan sembarangan berkomentar, ya!


Kemudian mari kita simak bersama-sama hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh dari judgemental society:

1. Kontrol apa yang bisa dikendalikan, biarkan sisanya

Setiap orang akan menilai segala hal yang kita lakukan dan itu tidak apa-apa. Kita tidak bisa mengontrol apa pikiran dan perkataan mereka, jadi biarkan saja. Tidak perlu peduli dengan hal yang diluar kontrol diri karena itu hanya akan menghabiskan waktu saja. Hal yang bisa dikontrol adalah tindakan kita terhadap perkataan mereka. Ada sebuah quote yang tampaknya bertautan dengan tindakan ini, yakni “Everyone has their own version of you in their minds.” Seperti itu adanya dan itu bukan masalah.

2. Jangan ambil semua ke hati

Sebenarnya manusia terlalu peduli dengan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain. Jika mereka membicarakan kita, mereka mungkin akan lupa lima menit ke depan atau keesokan harinya, paling tidak. Mereka tidak peduli dengan perasaan kita yang mungkin saja sakit mendengar perkataan mereka karena memang seperti itu sifat manusia, tidak benar-benar peduli dengan lainnya. Mereka saja tidak peduli, jadi kenapa kita harus menghabiskan malam berharga kita dengan pikiran-pikiran seperti itu?

3. Usahakan untuk menciptakan rasa saling memahami

Setiap orang memiliki cerita yang berbeda dalam hidupnya. Ada orang yang suka ketinggian namun di sisi lain pasti ada orang yang memiliki rasa trauma terhadap ketinggian sehingga mereka tidak bisa disamakan. Oleh karena itu orang akan menilai diri kita berdasarkan konteks, pengalaman masa lalu mereka, dan faktor lainnya. Kita tidak pernah bisa menghakimi cara berpikir orang yang berbeda dengan diri kita, namun kita tetap akan bisa saling berbagi, kalau orang itu mau menerima pendapat dari yang lain tentunya.


4. Jangan tenggelam karena perkataan tak berdasar

Saat seseorang menghakimi diri kita, sifat alami manusia akan defensif atau mungkin menghajarnya kembali dengan kata-kata kita. Tetapi melakukan itu juga tidak membuat kita berbeda dengan mereka. Jadi jika mereka melakukan ejekan, biarkan saja dan jangan sampai diberi kekuatan atau kesempatan kepada mereka untuk mengubah diri kita. Lagi-lagi, kebetulan sekali ada quote yang tepat untuk mendefinisikan hal ini, yaitu “Jangan biarkan perkataan mereka membuatmu tenggelam dan sulit untuk naik ke permukaan lagi.” Kamu tetap memiliki pilihan untuk tidak mendengarkan mereka, jangan jadikan mereka sebagai pengendali hidupmu. Karena kita dilahirkan untuk berdiri diatas kaki kita sendiri, maka jangan terperangkap dalam mimpi atau standar yang ditentukan oleh orang lain.


5. Cari yang mendukung, bukan menjatuhkan

Carilah lingkungan teman yang bisa mendukung kita karena diri kita membutuhkan support. Ingat, lingkunganmu adalah siapa dirimu. Pilihlah teman dengan bijak. Jika kita dikelilingi dengan orang yang ingin menjatuhkan diri kita, lama-kelamaan kita akan tenggelam ke dasar yang paling bawah.


Tentukan hal-hal yang ingin kita lakukan dan kerjakan semua hal yang ingin kita kerjakan karena toh pada akhirnya mereka akan tetap melakukan penghakiman. Mau buruk ataupun baik hal yang telah kita lakukan, tetap akan ada saja orang yang berusaha menilai kita buruk dengan sudut pandang mereka. Jadi, tetaplah bertahan dengan hal-hal yang kita yakini bisa mendatangkan kebahagiaan di masa yang akan datang.


Bersyukurlah dengan dua buah tangan karunia Tuhan dan jadikan dua tangan ini untuk menutup telinga dari setiap komentar orang lain. Berpura-pura tidak mendengar dan bersikap bodo amat adalah cara sempurna untuk menjaga atau merawat kesadaran mental kita di tengah judgemental society.


Ukuran standar hidup bukan dunia yang menilai, tetapi diri sendiri. Sekarang, kita yang sudah membaca sampai sini, setidaknya kita bisa menjadi salah satu orang yang sadar tentang hakim dunia.



Follow Us

Instagram : @Archane.id

Tiktok : @Archane.id

Linkedin : Archane.id


58 views1 comment

1 Comment


Rani Amalia
Rani Amalia
Sep 16, 2021

Nice article!! Hampir semuanya sangat relate dengan kehidupan sehari hari. Dan pada akhirnya kembali lagi ke diri kita masing masing dlm menyikapinya. Yang paling ampuh ya memang sikap "bodo amat". Drpd sibuk berkomentar / mencari kekurangan orang lain, lebih baik menyibukan diri untuk hal yang lebih bermanfaat serta belajar menjadi orang yang lebih bijak, pandai dalam bersikap dan baik dalam bertutur kata.

Like
bottom of page